Daerah, Batuahnews.id – Setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp 3.120 per kilogram, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, kembali mengalami penurunan. Data terbaru menunjukkan harga tertinggi kini hanya berada di angka Rp 3.060 per kilogram, atau turun sekitar Rp 60 dari harga sebelumnya.
Kepala Dinas Pertanian Mukomuko, Ir. Pitriyani Ilyas, mengungkapkan bahwa penurunan harga ini tercatat dari data yang masuk pada Jumat, 26 September 2025, di sejumlah pabrik pengolahan sawit di wilayah tersebut. Ia menjelaskan, harga TBS sawit tertinggi tercatat Rp 3.060 per kilogram, sedangkan harga terendah berada di posisi Rp 2.920 per kilogram.
“Beberapa waktu lalu harga sempat naik hingga Rp 3.120 per kilogram, namun hari ini kembali terkoreksi turun. Saat ini harga tertinggi Rp 3.060, dan terendah Rp 2.920 per kilogram,” jelas Pitriyani.
Menurutnya, fluktuasi harga sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kondisi pasar global, tingkat permintaan, hingga kebijakan pemerintah. Selain itu, kelebihan pasokan di pasaran juga menjadi salah satu penyebab turunnya harga komoditas andalan ini.
Meski demikian, harga TBS sawit di Mukomuko saat ini masih belum mampu menyaingi harga ketetapan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu. Berdasarkan keputusan provinsi, harga TBS untuk tanaman berusia 10–20 tahun saat ini ditetapkan sebesar Rp 3.266,71 per kilogram.
“Walaupun harga di Mukomuko belum melampaui ketetapan provinsi, kami tetap melakukan pemantauan rutin. Harapannya harga sawit di daerah ini bisa stabil bahkan lebih tinggi dibanding standar provinsi,” tambahnya.
Berikut daftar harga TBS sawit di 11 pabrik yang terdata pada 26 September 2025:
• PT. SAPTA : Rp 2.920/Kg
• PT. USM : Rp 3.030/Kg
• PT. KSM : Rp 2.980/Kg
• PT. SAP : Rp 3.060/Kg
• PT. SSS : Tutup
• PT. MMIL : Rp 3.010/Kg
• PT. KAS : Rp 2.960/Kg
• PT. MPRA : Rp 3.040/Kg
• PT. DDP : Rp 3.040/Kg
• PT. GSS : Rp 3.060/Kg
• PT. BMK : Rp 3.050/Kg
Dengan kondisi harga yang masih berfluktuasi, para petani sawit di Mukomuko diharapkan terus memperhatikan dinamika pasar, sambil menunggu langkah pemerintah dalam menjaga kestabilan harga di tingkat daerah.
Andika Dwi Pradipta